Selasa, 05 Mei 2015

MAKALAH PESTISIDA KIMIA

MAKALAH PESTISIDA KIMIA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimiaberacun yang digunakan untuk menegendalikan jasad  penggangguyang merugikan kepentingan manusia. Pestisida telaah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Dibidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan  penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat  pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus danlain-lain.

Dibidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu penggunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.

Di Indonesia, disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman pangan dan petani tanaman hotikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan berproduksi.

Peningkatan pembangunan pertanian di Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan pestisida bertambah banyak, baik jumlah maupun maupun jenisnya. Mencermati kilas balik pembangunan pertanian di Indonesia, peningkatan penggunaan pestisida tidak terlepas dari peran pemerintah. Sejak tahun permulaan pelaksanaan program intensifikasi pangan, masalah hama diusahakan ditanggulangi dengan berbagai jenis formulasi pestisida. Orientasi pemerintah pada waktu itu tertumpu pada peningkatan hasil sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada saat dicanangkannya program intensifikasi pangan melalui program nasional BIMAS, pestisida telah dimasukkan sebagai paket teknologi yang wajib digunakan petani peserta. Bagi petani yang tidak menggunakan pestisida, oleh pemerintah dianggap tidak layak sebagai penerima bantuan BIMAS. Akibatnya, mau tidak mau petani dirangsang menggunakan pestisida. Bahkan waktu itu, pemerintah bermurah hati memberi subsidi pengadaan pestisida hingga mencapai 80%, sehingga harga pestisida di pasaran menjadi sanagt murah. Tidak itu saja, termasuk jenis pestisida yang digunakan, hingga keputusan penggunaannya diatur oleh pemerintah.

Jenis pestisida yang dianjurkan digunakan pada waktu itu umumnya adalah pestisida yang berdaya bunuh berspektrum luas, yaitu mampu membunuh sebagian besar organisme yang dikenainya, termasuk organisme berguna seperti musuh alami hama dan organisme bukan target lainnya yang hidup berdampingan dengan organisme pengganggu tanaman. Program pertanian penyuluhan pun merekomendasikan aplikasi pestisida secara terjadwal dengan sistem kalender, tanpa memperhatikan ada atau tidak adanya hama yang menyerang tanaman dilapangan. Sehingga frekuensi penyemprotan menjadi lebih intensif, dan bisa dilakukan setiap minggu musim panjang musim tanam.

Kebijakan perlakuan seperti disebut diawal, tidak selamnya menguntungkan. Hasil evaluasi memperlihatkan, timbul kerugian yang tidak disadari yang sebelumnya tidak diperkirakan. Beberapa kerugian yang muncul akibat pengendalian organisme pengganggu tanaman yang semata-mata mengandalkan pestisida, antara lain menimbulkan kekebalan (resistensi) hama, mendorong terjadinya resurgensi, terbunuhnya musuh alami dan jasad non target, serta dapat menyebabkan terjadinya ledakan populasi hama sekunder.

1.2 Rumusan Masalah
           
Dalam makalah ini, akan diuraikan beberapa kajian pokok mengenai dampak pestisida serta keterkaitannya dengan pertanian, diantaranya :
1.      Bagaimana dampak negatif dari penggunaan pestisida ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan pestisida ?
3.      Bagaimanakah klasifikasi dalam pestisida ?
4.      Apa saja fungsi dari pestisida ?

1.3 Tujuan Penulisan

Layaknya penulisan makalah pada umumnya memiliki tujuan spesifik berdasarkan orientasi dan kajian pokok dalam materi yang disajikan, diantaranya :


1.      Untuk mengetahui dampak pestisida terhadap tanaman
2.      Untuk mengetahui dampak pestisida terhadap lingkungan
3.      Untuk mengetahui apa sebenarnya pestisida itu sendiri
4.      Untuk mengetahui fungsi peptisida dalam peraturan pemerintah


1.4 Manfaat Penulisan

Sejalan dengan tujuan penulisan makalah tersebut maka ada beberapa manfaat,diantaranya:
1.      Agar kita bisa mengetahui dampak-dampak pestisida di dalam bidang kehidupan kita sehari-hari.
2.      Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi semua pihak atau pembaca.
3.      Agar petani bisa memanfaat informasi yang terdapat dalam makalah ini tentang penggunaan pestisida dan dampaknya dapat merusak lingkungan.
4.      Agar kita bisa mengetahui dampak-dampak pestisida dalam kehidupan sehari-hari.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pestisida
            Pestisida adalah substansi atau bahan kimia atau juga bahan yang lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan/perkembangan dari berbagai penyakit seperti hama dan gulma. Menurut Depkes RI tahun 190 kata pestisida berasal dari rangkaian kata pest yang berati hama dan cida yang berarti membunuh. Dalam PP No.7 tahun 1973 yang dimaksud denganpestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk :
1.      Memberantas atau mencegah hama penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2.      Memberantas rerumputan.
3.      Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4.      Mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman (tidak termasuk golongan pupuk).
5.      Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan/ternak.
6.      Memberantas atau mencegah hama-hama air.
7.      Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan.
8.      Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia.
2.2 Fungsi Pestisida
Pestisida berguna untuk mengendalikan berbagai hama serta mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman sehingga dapat memaksimalkan hasil pertanian. Namun residu dari pestisida tersebut berbahaya bagi lingkungan. Pestisida mengandung berbagai senyawa kimia yang dapat mengganggu kestabilan komposisi kimia tanah. Pestisida yang banyak digunakan sekarang adalah dari golongan hidrokarbon berklor. Pestisida ini mempunyai efek menahun atau bioakumulatif dan sulit terurai.

Dampak penggunaan pestisida tidak akan terlihat langsung, namun akan terasa pada tahun-tahun akan datang. Beberapa pestisida telah diteliti dapat bersifat carsinogenic agent, mutagenic agent, teratogenic agent, dan menimbulkan penyakit. Selain itu pestisida dapat menyebabkan pengaruh resisten pada tumbuhan/hama pengganggu.


2.3 Klasifikasi Pestisida

            Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, targetnya, cara kerjanya atau efek keracunan dan berdasarkan struktur kimianya, yaitu:
1.      Berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi :
a.      Bentuk padat
b.      Bentuk cair
c.      Bentuk asap
d.      Bentuk gas

2.      Berdasarkan targetnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.      Insektisida berfungsi untuk membunuh atau mengendalikan serangga.
b.      Herbisida berfungsi untuk membunuh gulma.
c.      Fungisida berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
d.      Algasida berfungsi untuk membunuh alga.
e.      Rodentisida berfungsi untuk membunuh binatang pengerat.
f.       Akarisida berfungsi untuk membunuh tungau atau kutu.
g.      Bakterisida berfungsi untuk membunuh atau melawan bakteri.
h.      Moluskisida berfungsi untuk membunuh siput.

3.      Berdasarkan cara kerjanya atau efek keracunannya dapat digolongkan sebagai berikut:
a.      Racun kontak adalah membunuh sasarannya bila pestisida mengenai kulit hewan sasarannya.
b.      Racun perut adalah membunuh sasarannya bila pestisida tersebut termakan oleh hewan yang bersangkutan.
c.      Fumigan adalah senyawa kimia yang membunuh sasarannya melalui saluran pernafasan.
d.      Racun sistemik adalah pestisida dapat diisap oleh tanaman, tetapi tidak merugikan tanaman itu sendiri di dalam batas waktu tertentu dapat membunuh serangga yang menghisap atau memakan tanaman tersebut.

4.      Berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :
a.      Golongan organoklorin merupakan racun terhadap susunan sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia, yang dapat menyebabkan tremor dan kejang-kejang.
b.      Golongan organofosfat merupakan racun yang bekerja sebagai penghambat aktivitas enzim kolinesterase, sehingga asetil tidak terhidrolisis dan mengakibatkan perangsangan secara terus menerus.
c.      Golongan carbamat merupakan racun yang menghambat aktivitas kerja enzim kolinesterasegejalanya sama seperti pada keracunan organofosfat, tetapi lebih mendadak dan tidak lama karena efeknya terhadap enzim kolinesterase tidak persisten.
d.      Golongan piretroid merupakan analog dari piretrum yang menunjukkan efikasi yang lebih tinggi terhadap serangga dan pada umumnya toksisitas terhadap mamalia lebih rendah rendah dibandingkan dengan insektisida lainnya.


2.4 Dampak Pestisida Terhadap Lingkungan

Masalah yang banyak diprihatinkan dalam pelaksanaan program pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah masalah pencemaran yang diakibatkan penggunaan pestisida dibidang pertanian, kehutanan, pemukiman, maupun disektor kesehatan. Pencemaran pestisida terjadi karena adanya residu yang tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Sehingga akan menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia semakin menurun.

Pestisida sebagai bahan beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melaui angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme  yang dikenainya. Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk beberapa jenis pestisidaresidunya dapat bertahan hingga puluhan tahun. Dari beberapa hasil monitoring residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat ini residu pestisida hampir ditemukan disetiap tempat lingkungan sekitar kita. Kondisi ini secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisme bukan sasaran. Oleh karena sifatnya yang beracun serta relatif peersisten dilingkungan, maka residu yang ditinggalkan pada lingkungan menjadi masalah.

Residu pestisida telah ditemukan didalam  tanah, ada diair minum, air sungai, air sumur, maupun diuadara. Dan yang apaling berbahaya racun pestisida kemungkinan terdapat didalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, seperti sayuran dan buah-buahan.

Aplikasi pestisida dari udara jauh memperbesar resiko pencemaran, dengan adanya hembusan angin. Pencemaran pestisida di udara tidak terhindarkan pada setiap aplikasi pestisida. Sebab hamparan yang disemprotkan  sangat luas. Sudah pasti, sebagian besar pestisida yang disemprotkan akan terbawa oleh hembusan angin ketempat lain yang bukan target aplikasi, dan mencemari tanah, air dan biota bukan sasaran.

Pencemaran pestisida yang diaplikasikan disawah beririgasi sebagian besar menyebar didalam air pengairan, dan terus kesungai dan akhirnya kelaut. Memang didalam air terjadi pengenceran, sebagian ada yang terurai dan sebagian lagi tetap persisten. Meskipun konsentrasi residu mengecil, tetapi masih tetap mengandung resiko mencemarkan lingkunganSebagian besar pestisida yang jatuh ke tanah yang dituju akan terbawa oleh aliran air irigasi.

Di dalam air, partikel pestisida tersebut akan diserap oleh mikroplankton. Oleh karena pestisida itu persistens, maka konsentrasinya didalam tubuh mikroplankton akan meningkat sampai puluhan kali dibandngkan dengan pestisda  yang mengambang didalam air. Mikroplankton-mikroplankton tersebut kelak akan dimakan zooplankton.

Dengan demikian pestisida tadi ikut termakan. Karena sifat persistensi yang dimiliki pestisida, menyebabkan konsentrasi didalam tubuh zooplankton meningkat lagi hingga puluhan mungkin ratusan kali dibanding dengan yang ada didalam air. Bila zooplankton tersebut dimakan oleh ikan-ikan kecil, konsentrasi pestisida didalam tubuh ikan-ikan tersebut lebih meningkat lagi.

Demikian pula konsentrasi pestisida didalam tubuh ikan besar yang memakan ikan kecil tersebutRantai konsumen yang terakhir yaitu manusia yang mengkonsumsi ikan besar, akan menerima konsentrasi tertinggi dari pestisida tersebut.

Model pencemaran seperti yang dikemukakan, terjadi melalui rantai makanan, yang bergerak dari aras tropi yang terendah menuju aras tropi yang tinggi. Mekanisme seperti yang dikemukakan, di duga terjadi pada kasus pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi, yang menghebohkan sejak tahun lalu. Di duga logam-logam berat limbah sebuah industri PMA telah terakumulasi di perairan Teluk Buyat. Sekaligus mempengaruhi secara negatif  biota perairan, termasuk ikan-ikan yang di konsumsi masyarakat setempat.

Kasus pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida dampaknya tidak segera dapat di lihat. Sehingga sering kali diabaikan dan terkadang dianggap sebagai akibat sampingan yang tak dapat dihindari. Akibat pencemaran lingkungan terhadap organisme biosfer, dapat mengakibatkan kematian dan menciptakan hilangnya spesies tertentu  yang bukan jasad sasaran. Sedangkan kehilangan satu spesies dari muka bumi dapat menimbulkan akibat negatif jangka panjang yang tidak dapat diperbarui. Sering kali yang langsung terbunuh oleh pengguna pestisida adalah spesies serangga yang menguntungkan seperti lebah, musuh alami hama, invertebrata, dan bangsa burung.

Di daerah Simalungun, diketahui paling tidak dua jenis spesies burung yangdikenal sebagai pengendali alami hama serangga, saat ini sulit di temukan dan mungkin saja sedang menuju kepunahan. Penyebabnya, salah satu adalah akibat pengaruh buruk pestisida terhadap lingkungan, yang tercemar melalui rantai makanan.

Akibat efek racun pestisida, biasanya 2 -3 hari setelah bertanam serangga-serangga gryllotalpidae  yang bermaksud memakan kecambah dari dalam tanah, mengalami  mati massal dan menggeletak di atas permukaan tanah. Bangkai serangga ini tentu saja menjadi makanan yang empuk bagi burung-burung Anduhur Bolon, tetapi sekaligus mematikan spesies burung pengendali alami tersebut.

Satu lagi, spesies burung Tullik. Burung berukuran tubuh kecil ini diketahui sebagai predator ulat penggerek batang padi. Bangsa burung Tullik sangat aktif mencari ulat-ulat yang menggerek batang padi, sehingga dalam kondisi normal perkembangan serangga hama penggerek batang padi dapat terkontrol secara alamiah berkat jasa burung tersebut. Tetapi seiring dengan pesatnya pemakaian pestisida, terutama penggunaan pestisida sistemik, populasi burung tersebut menurun drastis. Bahkan belakangan ini, spesies tersebut sulit ditemukan. Hilangnya spesies buurung ini, akibat efek racun yang terkontaminasi dalam tubuh ulat padi, yang dijadikan burung Tullik sebagai makanan utamanya.

Belakangan ini, penggunaan pestisida memang sudah diatur dan dikendalikan. Bahkan pemerintah melarang peredaran jenis pestisida tertentu yang berpotensi menimbulkan dampak buruk. Tetapi sebagian sudah terlanjur. Telah banyak terjadi degradasi lingkungan berupa kerusakan ekosistem, akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Salah satu contohnya adalah hilangnya populasi spesies predator hama, seperti yang dikemukakan diatas.

2.5 Dampak Pestisida Terhadap Tanaman

1.                              2.5.1 Pertumbuhan terhambat

Ketika sebuah semak terkena pestisida, sebuah fitotoksisitas disebut keracunan dapat terjadi. Fitotoksisitas mengacu pada penyerapan bahan kimia berbahaya kedalam struktur penting dari semak. Salah satu gejala fitoksisitas adalah terhambatnya pertumbuhan.ketika bahan kimia aktif dalam pestisida yang diserap kedalam semak, mereka dapat menyebabkan mutasi pada kromosom dan hormon yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan tanaman. Mutasi gen menyebabkan pertumbuhan abnormal atau kerdil yang menghasilkan semak jelas pendek atausemak yang tidak kemajuan tahap terakhir tumbuh awal, beberapa semak dapat menghasilkan cabang tanpa daun atau daun tetapi tidak mekar.


 2.5.2 Kerusakan Daun

Kerusakan daun juga efek samping yang umum pestisida pada semak. Selama fitotoksisitas, bahan kimia aktif dan tidak aktif dalam pestisida berinteraksi dengan sistem penyerapan gizi semak-semak. Nutrisi penting kurang mampu mencapai struktur daun yang halus, sehingga daun menjadi kering atau cokelat. Dalam beberapa kasus fitotoksisitas, bermanifestasi kerusakan daun sebagai lubang atau bintik pada daun. Sayangnya, banyak pemilik rumah keliru mengidentifikasi kerusakan dedaunan yang disebabkan oleh hama seperti serangga atau jamur. Sebagai hasilnya, mereka dapat meningkatkan penggunaan pestisida pada semak, lebih merusak struktur tanaman dan memperburuk kerusakan dedaunan.

                       2.5.3  Kerusakan Akar

Salah satu masalah yang paling serius yang disebabkan oleh penggunaan pestisida jangka panjang adalah kerusakan sistem akar semak itu. Sistem akar adalah pintuk gerbang untuk hampir semua fungsi-fungsi penting dalam semak yaitu akar memberikan nutrisi penting yang berkontribusi terhadap sehat, respirasi pertumbuhan dan sistem reproduksi pertumbuhan. Bila pestisida diterapkan kearea lain dari landscape, kimia leach kedalam tanah dan bahkan air tanah. Bahan kimia yang kemudian dapat menyebar ketanaman lain atau semak diluar area tanaman target atau serangga. Sistem akar semak menyerap sejumlah besar bahan kimia kuat, menyebabkan mereka untuk menyumbat atau busuk. Semak baru, bibit dan anakan sangat rentan terhadap kerusakan akar selama tahap-tahap awal tanam. Untuk menghindari pestisida pada tahap awal pertumbuhan dan sebagai gantinya adalah hama tempur dengan penyiangan, mulsa atau pestisida alami.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Pestisida adalah substansi atau bahan kimia atau juga bahan yang lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan/perkembangan dari berbagai penyakit seperti hama dan gulma. Selain itu pestisida juga berfungsi sebagai pengatur atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman sehingga dapat memaksimalkan hasil pertanian. Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1.      Berdasarkan sifatnya:
a.      Bentuk cair
b.      Bentuk gas
c.      Bentuk padat
d.      Bentuk asap

2.      Berdasarkan targetnya :
a.      Insektisida
b.      Herbisida
c.      Fungisida
d.      Algasida
e.      Rodentisida
f.       Akarisida
g.      Bakterisida
h.      Moluskisida

3.      Berdasarkan cara kerjanya :
a.      Racun kontak
b.      Racun perut
c.      Fumigan
d.      Racun sistemik

4.      Berdasarkan struktur kimianya:
a.      Golongan organoklorin
b.      Golongan organofosfat
c.      Golongan carbamat
d.      Golongan piretroid





Dampak pestisida terhadap lingkungan:
1.      pencemaran air, tanah, dan udara.
2.      Terbunuhnya organisme non target karena terpapar secara langsung.
3.      Terbunuhnya organisme non target karena pestisida memasuki rantai makanan.
4.      Menumpuknya pestisida dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan(bioakumulasi).
5.      Pada kasus pestisida yang persisten(bertahan lama), konsentrasi pestisida dalam tingkat trofik rantai makanan semakin keatas maka aakan semakin tinggi.
6.      Penyederhanaan rantai makanan alami.
7.      Penyederhanaan keanekaragaman hayati.
8.      Menimbulkan efek negatif terhadap manusia secara tidak langsung melalui rantai makanan.

Dampak pestisida terhadap tanaman:
1.      Pertumbuhan terhambat
2.      Kerusakan Daun
3.      Kerusakan Akar

3.2 Saran

Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan pemakaian pestisida yang tidak bijaksana, semoga menggugah kesadaran kita untuk tidak selamanya bergantung kepada pestisida. Untuk menanggulangi organisme pengganggu tanaman, masih terdapat teknologi  lain yang dapat diterapkan, yang  relative tidak berdampak negatif bagi tanaman demikian juga bagi lingkungan hidup. Pestisida seharusnya tidak lagi “didewakan” sebagai satu-satunya teknologi penyelamat produksi. Melainkan disarankan digunakan hanya bila perlu saja sebagai alternatif terakhir. Sedapat mungkin penggunaanya diupayakan dengan bijaksana.

Melalui makalah ini kami berharap kepada para pembaca agar senantiasa memperhatikan akan kesehatan lingkungan masing –masing dan tidak mencemari lingkungan serta mengerti akan bahaya-bahaya yang ada di sekeliling lingkungan tempat tinggal kita.






DAFTAR PUSTAKA









Tidak ada komentar:

Posting Komentar