MAKALAH BIAYA PRODUKSI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu
teknologi, ilmu pengetahuan, dan bertambahnya penduduk, memaksa kebutuhan hidup
terus meningkat. Pada saat ini kebutuhan hidup
tidak bisa diambil langsung dari alam, akan tetapi harus diolah dahulu dengan
cepat, efesien, dan harga terjangkau. Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik oleh
sebagian orang untuk memperoleh keuntungan. Akan tetapi, permintaan pasar
berubah-ubah sehingga menyulitkan perusahaan untuk melakukan kegiatan
produksinya, produk apa yang akan di produksi?. Namun dalam melakukan proses
produksi suatu barang, perusahaan seharusnya memperhatikan beberapa hal sebelum
melakukan produksi, salah satunya kekuatan finansial yang mereka miliki,
seperti biaya produksi. Untuk
mencapai hal tersebut, tentu pemahaman akan biaya produksi sangat diperlukan,
karena biaya produksi merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan ketika
perusahaan hendak menghasilkan suatu produk. Pemahaman tentang biaya produksi
sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan itu perusahaan dapat
memperhitungkan biaya-biaya apa saja yang memang diperlukan untuk menghasilkan
suatu barang. Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen
dalam bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Menetapkan biaya
produksi berdasarkan pengertian terse
but memerlukan kecermatan karena terkadang
ada hal yang sulit diidentifikasikan.
1.2 Rumusan Masalah
o
Apa itu biaya produksi?
o
Apa saja jenis-jenis biaya produksi?
o
Bagaimana Cara menggambar biaya produksi?
1.3 Tujuan
o
dapat mengetahui Pengertian biaya
produksi,
o
dapat mengetahui Jenis jenis biaya
produksi,
o
dapat mengetahui Cara Menggambar
biaya produksi,
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Biaya Produksi
Biaya adalah semua pengeluaran yang
dapat diukur dengan uang, baik yang telah, sedang maupun yang akan dikeluarkan
untuk menghasilkan suatu produk. Biaya
produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan
untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Untuk
menghasilkan barang atau jasa diperlukan faktor-faktor produksi seperti bahan
baku, tenaga kerja, modal, dan keahlian pengusaha. Semua faktor-faktor produksi
yang dipakai merupakan pengorbanan dari proses produksi dan juga berfungsi
sebagai ukuran untuk menentukan harga pokok barang. Input yang digunakan untuk
memproduksi output tersebut sering disebut biaya oportunis. Biaya
oportunis sendiri merupakan biaya suatu faktor produksi yang memiliki nilai
maksimum yang menghasilkan output dalam suatu penggunaan alternatif.
Biaya
produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi
2. Bahan-bahan pembantu atau penolong
3. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur.
4. Penyusutan peralatan produksi
5. Uang modal, sewa
6. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi,
pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi.
7. Biaya pemasaran seperti biaya iklan.
8. Pajak.
Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
1. Biaya Eksplisit
Biaya Eksplisit ialah biaya yang nyata-nyata dikeluarkan dalam memperoleh
faktor produksi (nilai dan semua input yang dibeli untuk produksi).
Pembayarannya berupa uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan
mentah yang dibutuhkan perusahaan. Contoh: biaya tenaga kerja, sewa
gedung, dll.
2. Biaya Implisit
Biaya implisit disebut juga imputed cost (ongkos tersembunyi), ialah
taksiran biaya atas faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan dan
ikut digunakan dalam proses produksi yang dimiliki oleh perusahaan.
Contoh: Penggunaan gedung milik perusahaan sendiri.
Berdasarkan jangka waktunya, biaya
produksi di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Jangka Waktu Pendek.
Dalam jangka pendek perusahan adalah jangka waktu di mana sebagian faktor produksi tidak dapat di tambah jumlahnya.
teori – teori biaya produksi dalam jangka pendek, Yakni:
Dalam jangka pendek perusahan adalah jangka waktu di mana sebagian faktor produksi tidak dapat di tambah jumlahnya.
teori – teori biaya produksi dalam jangka pendek, Yakni:
a. Biaya Total (Total Cost / TC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang terdiri dari biaya Variabel dan Biaya Tetap. TC= TVC + TFC
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang terdiri dari biaya Variabel dan Biaya Tetap. TC= TVC + TFC
b. Biaya Variabel Total (Total Variabel Cost / TVC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel atau dapat berubah – ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan.
Semakin banyak produk yang dhasilkan, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
Contoh : Biaya bahan baku , upah tenaga kerja, bahan bakar,dll.
TVC= TC-TFC
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel atau dapat berubah – ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan.
Semakin banyak produk yang dhasilkan, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
Contoh : Biaya bahan baku , upah tenaga kerja, bahan bakar,dll.
TVC= TC-TFC
c. Biaya Tetap (Total Fixed Cost / TFC)
Biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi.
Artinya biaya ini besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah Output yang dihasilkan.
Contoh: biaya abonemen Telepon, Biaya Pemeliharaan Bangunan,biaya penyusutan, dls.
TFC=TC-TVC
Biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi.
Artinya biaya ini besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah Output yang dihasilkan.
Contoh: biaya abonemen Telepon, Biaya Pemeliharaan Bangunan,biaya penyusutan, dls.
TFC=TC-TVC
d. Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost / ATC)
BiayaTotal (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah Produksi tertentu oleh perusahaan tersebut (Q).
ATC =TC/Q
Q= jumlah Output yang dihasilkan
Biaya total rata-rata juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ATC = AVC+AFC
BiayaTotal (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah Produksi tertentu oleh perusahaan tersebut (Q).
ATC =TC/Q
Q= jumlah Output yang dihasilkan
Biaya total rata-rata juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ATC = AVC+AFC
e. Biaya Variabel rata-rata (Average Variabel Cost / AVC)
Biaya Variabel Total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tertentu(Q).
AVC= TVC/Q
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AVC=ATC-AFC
Biaya Variabel Total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tertentu(Q).
AVC= TVC/Q
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AVC=ATC-AFC
f. Biaya tetap Rata –rata (Average Fixed Cost / AFC)
Biaya tetap (TFC) untuk memproduksi sejumllah barang tertentudibagi dengan jumlah produksi tertentu (Q).
AFC=TFC/Q
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AFC=ATC-AVC
Biaya tetap (TFC) untuk memproduksi sejumllah barang tertentudibagi dengan jumlah produksi tertentu (Q).
AFC=TFC/Q
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AFC=ATC-AVC
g. Biaya Marginal (Marginal Cost / MC)
Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah satu satuan output.
Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah satu satuan output.
2. Jangka Waktu Panjang.
Sedangkan jangka waktu panjang merupakan segala faktor produksi yang masih dapat berubah – ubah.
Teori – teori biaya jangka panjang yakni diantaranya ialah :
Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan seluruh output dan bersifat Variabel.
Biaya total sama dengan perubahan biaya Variabel. LTC=∆LVC
Dengan LTC= biaya total jangka panjang (Long Run Total Cost)
∆LVC= Perubahan Biaya Variabel jangka panjang.
Sedangkan jangka waktu panjang merupakan segala faktor produksi yang masih dapat berubah – ubah.
Teori – teori biaya jangka panjang yakni diantaranya ialah :
Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan seluruh output dan bersifat Variabel.
Biaya total sama dengan perubahan biaya Variabel. LTC=∆LVC
Dengan LTC= biaya total jangka panjang (Long Run Total Cost)
∆LVC= Perubahan Biaya Variabel jangka panjang.
a. Biaya Marjinal jangka panjang
Tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak 1 unit.
Perubahan biaya total sama dengan perubahan biaya variable.
Maka, LMC=∆LTC/∆Q
Dengan LMC= Biaya marjinal jangka panjang (Long Run Marjinal Cost)
∆LTC= Perubahan Biaya Total jangka Panjang
∆Q= Perubahan Output
Tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak 1 unit.
Perubahan biaya total sama dengan perubahan biaya variable.
Maka, LMC=∆LTC/∆Q
Dengan LMC= Biaya marjinal jangka panjang (Long Run Marjinal Cost)
∆LTC= Perubahan Biaya Total jangka Panjang
∆Q= Perubahan Output
b. Biaya Rata – rata
Biaya total dibagi Jumlah Output. LRAC=LTC/Q
Dengan LRAC=Biaya Rata – Rata Jangka panjang (Long Run Average Cost)
Q = Jumlah output.
Biaya total dibagi Jumlah Output. LRAC=LTC/Q
Dengan LRAC=Biaya Rata – Rata Jangka panjang (Long Run Average Cost)
Q = Jumlah output.
2. Jenis – Jenis Biaya Produksi
Jenis-jenis
biaya produksi menurut perilakunya dalam hubungannya dengan volume kegiatan.
Keberhasilan dalam perencanaan dan pengendalian biaya tergantung pada pemahaman
yang menyeluruh mengenai hubungan antara terjadinya biaya dan kegiatan bisnis.
Telaah dan analisis yang cermat, yang mempengaruhi kegiatan bisnis terhadap biaya
umumnya akan menghasilkan penggolongan setiap jenis pengeluaran ke dalam biaya
tetap, variable, atau semi variable.
1. Biaya Tetap atau Fixed Cost (FC)
Menurut
Carter dan Usry yang dialihbahasakan oleh Krista (2004; 58) disebutkan bahwa :
“Biaya tetap
didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas
bisnis meningkat atau menurun.”
Sedangkan
menurut Hansen & Mowen yang dialihbahasakan oleh Ancella A. Hermawan (2000;
85) disebutkan bahwa :
“Biaya
tetap adalah biaya yang tetap sama dalam jumlah seiring dengan kanaikan atau
penurunan keluaran kegiatan.”
Jadi,
dari beberapa pengertian di atas penyusun simpulkan bahwa biaya tetap adalah
biaya yang sifatnya tetap walaupun kegiatan produksi berubah-ubah. Meskipun
beberapa jenis biaya tampak tetap, namun dalam jangka panjang semua biaya
adalah variable. Jika semua kegiatan bisnis menurun sampai nol dan tidak ada
prospek bagi kegiatan tersebut untuk meningkat, perusahaan akan melakukan
likuidasi, dengan demikian perusahaan akan menghindari semua biaya. Jika
kegiatan diharapkan meningkat sampai melebihi kapasitas yang ada saat ini,
biaya tetap harus ditingkatkan untuk mengimbangi kelebihan volume tersebut.
Contoh biaya tetap : beban penyusutan, beban sewa, asuransi kekayaan, pajak
bumi dan bangunan, dan lain-lain.
Jika
manajemen mengharapkan permintaan atas produk perusahaan akan meningkat sampai
melebihi kapasitas dari fasilitas produksi saat ini, maka manajemen harus
mengupayakan tambahan pabrik dan peralatan, dan mungkin tenaga kerja.
Akibatnya, perusahaan akan mengalami peningkatan biaya tetap untuk itu jenis
pengeluaran tertentu harus digolongkan sebagai biaya tetap hanya dalam rentang
kegiatan yang terbatas. Rentang kegiatas yang terbatas ini disebut rentang yang
relevan. Total biaya tetap akan berubah di luar rentang kegiatan yang relevan.
2. Biaya Variabel atau Variable Cost (VC)
Menurut
Carter dan Usry yang dialihbahaskan oleh Krista (2004; 59) disebutkan bahwa :
“
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara
proposional terhadap peningkatan dalam aktivitas, dan menurun secara
proposional terhadap penurunan dalam aktivitas.”
Sedangkan
menurut Hansen & Mowen yang dialihbahaskan oleh Ancella A. Hermawan (2000;
85) disebutkan bahwa :
“biaya
variabel adalah biaya yang meningkat dalam total seiring dengan peningkatan
keluaran kegiatan dan menurun dalam total seiring dengan penurunan keluaran
kegiatan.”
Jadi,
dari pengertian di atas penulis simpulkan bahwa biaya variabel adalah biaya
yang secara total berubah proposional seiring dengan perubahan kegiatan
produksi.
Biaya
variabel meliputi biaya bahan langsung, pekerja langsung, bahan penolong
tertentu, biaya pengerjaan ulang. Biasanya biaya variabel dapat secara langsung
diidentifikasikan dengan kegiatan yang mengakibatkan adanya biaya tersebut.
Contoh biaya variabel : bahan material, bahan bakar, upah buruh langsung, biaya
energi, reklamasi, biaya lembur.
Jenis biaya variabel dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Biaya Variabel Total atau Total
Variable Cost (TVC)
Biaya
variabel total merupakan seluruh biaya yang harus dikeluarkan selama masa
produksi output dalam jumlah tertentu untuk memperoleh faktor produksi yang
dapat diubah jumlahnya. Dimisalkan bahwa faktor produksi yang dapat berubah
jumlahnya adalah tenaga kerja. Setiap tenaga kerja yang digunakan memperoleh
pendapatan sebesar Rp 50.000. Bahan-bahan mentah merupakan variabel yang
berubah jumlah dan nilainya dalam proses produksi. Semakin tinggi produksi,
semakin banyak bahan mentah yang yang diperlukan. Oleh sebab itu, biaya berubah
biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang digunakan.
2. Biaya Variabel Rata-Rata atau Average Variable Cost (AVC)
Biaya
variable rata-rata merupakan nilai biaya yag diperoleh dari perhitungan biaya
variable dibagi dengan jumlah produksi.
Perhitungan Biaya Variabel Rata-rata
Jumlah Produksi (Q)
(Unit)
|
Biaya Variabel (TVC)
(Rp)
|
Biaya Variabel Rata-rata
(AVC=TVC:Q) (Rp)
|
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
|
550
650
750
850
950
1055
1150
1250
1350
1450
|
55
32,5
25
21,25
19
17,5
16,4
15,6
15
14,5
|
Dalam
praktiknya, hubungan antara kegiatan produksi dan biaya variabel yang
ditimbulkannya biasanya dianggap seakan-akan bersifat linear. Total biaya
variabel dianggap meningkat dalm jumlah yang konstan untuk peningkatan setiap
unit kegiatan. Namun, hubungan yang sebenarnya sangat jarang bersifat linear
secara sempurna pada seluruh rentang relevan yang memungkinkan. Misalnya, pada
saat volume kegiatan meningkat sampai ke tingkat tertentu, barangkali manajemen
akan menambah mesin produksi yang baru. Akibatnya, biaya kegiatan per unit akan
berbeda-beda pada berbagai tingkat kegiatan. Meskipun demikian, dalam rentang
relevan tertentu, hubungan antara kegiatan dan biaya variabelnya kurang lebih
bersifat linear. Hubungan ini ditunjukan dalam gambar 2.2 dibawah ini. Garis B
menggambarkan biaya variabel aktual pada semua tingkat kegiatan, dan garis A
menunjukan biaya produksi variabel yang dihitung pada semua tingkat kegiatan
yang ditentukan berdasarkan observasi pada rentang relevan.
Adapun sifat-sifat biaya variabel
adalah sebagai berikut:
1) Biaya ini mudah digunakan oleh
bagian-bagian perusahaan yang bersangkutan. Penggolongan biaya berdasarkan
hubungan dengan masa pembukuan adalah sebagai berikut:
a.
Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure). Pengeluaran yang dilakukan untuk
memperoleh penghasilan dalam masa pembukuan perusahaan yang bersangkutan dan
dibebankan sebagai biaya.
b. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure). Pengeluaran modal
ini tidak seluruhnya dibebankan sebagai biaya dalam masa pembukuan di mana
pengeluaran biaya terjadi.
Pada
waktu pengeluaran modal itu terjadi, maka pengeluaran tersebut dimasukkan
sebagai kekayaan dalam bentuk harta (aktiva). Sedangkan penyusutan dari harta
ini secara bertahap setiap tahun pembukuan dibebankan sebagai unsur biaya.
2) Besarnya biaya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan kegiatan perusahaan.
a. Proporsional atau sebanding. Besarnya kegiatan usaha naik,
maka jumlah biaya variabel juga naik. Kenaikan ini sama besarnya. Misalnya,
besarnya kegiatan perusahaan naik 10%, maka besarnya biaya variabel juga naik
10%.
b. Progresif atau
semakin besar. Jika kegiatan usaha meningkatkan biaya variabel juga meningkat,
tetapi juga peningkatan kegiatan usaha lebih kecil dari peningkatan biaya
variabel. Misalnya besarnya kegiatan perusahaan naik 10%, sedangkan besarnya
biaya variabel naik 12%
c.
Degresif atau semakin kecil. Jika kegiatan usaha meningkat, maka biaya variabel
juga meningkat. Namun, besarnya kenaikan kegiatan usaha lebih besar dari pada
besarnya kenaikan biaya variabel.
Misalnya
besarnya kegiatan perusahaan naik 10%, sedangkan besarnya variabel hanya naik
8% (makin kecil).
3. Biaya Semi Variabel
Menurut
Carter dan Usry yang dialihbahasakan oleh Krista (2004;60) disebutkan bahwa :
“Biaya
semi variabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik
karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variable.”
Sedangkan
menurut Hansen & Mowen yang dialihbahasakan oleh Ancella A. Hermawan (2000;
85) disebutkan bahwa :
“
biaya semi variabel (campuran) adalah biaya yang memiliki komponen biaya tetap
dan variabel.”
Dari
pengertian di atas penyusun simpulkan bahwa biaya semi variabel merupakan biaya
yang mengandung sifat biaya tetap dan variabel. Misalnya, bahan bakar,
pemeliharaan, biaya pensiun, pajak atas upah, dan perjalanan serta hiburan.
Biaya
semivariabel digambarkan dalam gambar 2.3 dibawah ini. Garis C pada gambar
tersebut menunjukkan biaya actual pada semua tingkat produksi. Dalam gambar
ini, garis biaya aktual (garis C) tidak linier. Ini bisa terjadi karena
penggunaan teknik atau peralatan produksi yang berbeda dan atau karena tingkat
penggunaan kapasitas yang berbeda pada tingkat produksi yang berbeda. Garis
putus-putus merupakan garis lurus dan menunjukkan jumlah unsur tetap dan variabel
dari semi variabel ( garis A dan B) pada semua tingkat kegiatan yang ditentukan
berdasarkan observasi dalam rentang relevan. Apabila garis B dan garis C yang
tidak terputus terhimpit, maka asumsi linier sangat mendekati hubungan yang
sebenarnya. Daerah yang berhimpitan ini merupakan rentang yang relevan.
Penggunaan biaya tetap dan tariff biaya variabel yang telah dihitung untuk
memperkirakan biaya pada setiap tingkat kegiatan diluar rentang yang relevan
akan menghasilkan estimasi yang tidak dapat diandalkan.
3. Cara Menggambar Biaya Produksi
Cara menggambar biaya produksi dimaksudkan adalah bagaimana
biaya produksi digambarkan dalam sebuah kurva baik peningkatan maupun penurunan
biaya produksi. Menggambar biaya produksi dapat dilakukan dengan ;
Metoda
Statistik:
Biaya
Semi Variabel dipecah menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan menggunakan
metoda kuadrat terkecil yaitu:
Trend
garis biaya variabel diperoleh dengan menarik garis trend yang melalui biaya
semi variabel pada berbagai tingkat aktifitas.
Y= Px + Q
|
Y = Ax
|
Pakai persamaan
kurva linier :
Dimana:
Y = Biaya
A
= Parameter Yg Menerangkan Hub. Y Dengan X
P
= Laju Peubah (Variable Rate)
X
= Variabel Fisik (Tingkat Aktifitas)
Q
= Komponen Tetap
Pergeseran
pada kurva biaya produksi ditentukan oleh dua faktor:
1. Teknologi itu sendiri
Esensinya,
perubahan teknologi akan berpengaruh terhadap produktifitas dan sekaligus
biaya. Perubahan teknologi yang menyebabkan meningkatkan produktifitas;
menyebabkan turunnya average dan marginal product atau pergeseran ke atas kurva
MP dan AP dan sekaligus pergeseran ke bawah MC dan AC. Jika perubahan teknologi
menyebabkan pergeseran input kepada modal, maka FC meningkat dan VC
menurun. Pada kasus ini ATC meningkat pada awalnya dan semakin menurun pada
tingkat output yang lebih tinggi.
2. Harga input/biaya produksi
Peningkatan
biaya input akan menggeser ke atas kurva kurva biaya. Meningkatnya fixed cost
menggeser ke atas kurva total cost (TC ) dan average total cost (ATC )
tetapi tidak untuk kurva marginal cost (MC ). Bila peningkatan
terjadi padavariable cost semua kurva termasuk marginal cost (MC)
akan bergeser ke atas.
4. Kapasitas Produksi
Kapasitas adalah suatu ukuran kemampuan produktif suatu
fasilitas per unit waktu selain itu kapasitas juga mempunyai arti suatu tingkat
keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu, dan merupakan
kuantitas tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu. Untuk berbagai
keperluan, kapasitas dapat disesuaikan dengan tingkat penjualan yang sedang
berfluktuasi yang dicerminkan dalam jadwal produksi induk (master production
schedul). Hubungan antara kapasitas dan jadwal-jadwal induk adalah sangat
penting. Karena jadwal produksi mencerminkan apa yang akan diproduksi
suatu perusahaan (tidak perlu apa yang akan dijual), kemampuan untuk memenuhi
rencana ini tergantung pada kapasitas yang tersedia sekarang atau dalam jangka
pendek di waktu mendatang, atau tergantung pada kemampuannya untuk
memperluas kapasitas ini dalam jangka waktu lebih panjang. Jadwal produksi yang
realistik menjadi keberhasilan operasi suatu perusahaan yang mengakibatkan
seluruh jenis sumberdaya terikat untuk memuaskan kebutuhan kuantitasnya dan
komitmen hari pengiriman. Dalam hal ini, kapasitas juga berarti jumlah masukan
sumberdaya-sumberdaya yang tersedia relatif untuk kebutuhan keluaran pada waktu
tertentu. Karena pentingnya hubungan tersebut.
Kapasitas atau tingkat keluaran ini pada umumnya dinyatakan
dalam satuan-satuan sebutan persamaan, seperti batang, ton, kilogram, meter,
atau jam kerja yang tersedia. Sedangkan satuan-satuan waktu yang sangat penting
bagi perencanaan kapasitas, dapat dinyatakan dalam satuan seperti jam, hari,
minggu, atau bulan. Dalam praktek, diantara pengertian-pengertian
kapasitas diatas, perusahaan biasanya menggunakan kapasitas nyataatau kapasitas
pengoperasian yang ditentukan dari laporan-laporan atau catatan pusat kerja.
Kapasitas
dibedakan antara tiga level yang berbeda, antara lain :
1. Kapasitas Potensial, (Potential Capacity) ialah kapasitas
yang dapat diadakan dalam horizon keputusan eksekutif senior.
2. Kapasitas Segera, (Immediete Capacity) ialah kapasitas yang
dapat disediakan dalam periodeanggaran sekarang.
3. Kapasitas Efektif, (Effective Capacity) ialah kapasitas yang
digunakan didalam periode anggaran sekarang. (Lockyer, et.all, 1987)
Beberapa
definisi kapasitas secara umum dapat diperinci antara lain :
a. Desaign capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu, untuk mana pabrik
dirancang.
b. Rated Capacity,yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang
menunjukkan bahwa fasilitassecara teoritis mempunyai kemampuan memproduksinya.
c. Standart Capacity , yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang ditetapkan
sebagai sasaran bagi manajemen, supervisi, dan para operator mesin; dapat
digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran. Kapasitas standart
adalah sama dengan rated capacity dikurangicadangan keperluan pribadi standart,
tingkat sisa (scrap) standart, berhenti untuk pemeliharaan standart,
cadangan untuk pengawasan kualitas standart dan sebagainya
Perencanaan
Kapasitas Jangka Pendek
Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk
menangani secara ekonomis hal-hal yang bersifat mendadak dimasa yang akan
dating, misalnya untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau seketika
dalam jangka waktu pendek. Menghadapi kondisi diatas jika kapasitas produksi
tidak mampu memenuhi maka perusahaan dapat melakukan sub-kontrak kepada
perusahaan lain pada saat terjadi lonjakan jumlah permintaan. Jika perusahaan
ingin meningkatkan kapasitas produksi jangka pendek maka ada lima cara yang
dapat dilakukan :
1. Meningkatkan jumlah sumber daya
2. Memperbaiki penggunaan sumber daya
3. Memodifikasi produk
4. Memperbaiki permintaan
5. Tidak memenuhi permintaan
Perencanaan
Kapasitas Jangka Panjang
Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi
operasi dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat
diperkirakan sebelumnya. (dari hasil forecasting). Tujuan utamanya adalah
perusahaan dapat menentukan jumlah produksi yang dapat menghasilkan biaya
minimum dengan memperhatikan antara lain : pola permintaan jangka panjang dan
siklus kehidupan produk yang dihasilkan. Untuk mengantisipasi gejolak kapasitas
jangka panjang terdapat dua strategi yang dapat ditempuh perusahaan yaitu (1)
Strategi melihat dan menunggu perkembangan (wait and see strstegy). (2).
Strategi ekspansionis, yaitu berproduksi dengan kapasitas produksi yang selalu
melebihi atau diatas volume permintaan.
Kapasitas
produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat diproduksi
atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu, misalnya sebuah pesawat airbus
boing 737 memiliki kapasitas tempat duduk 300 seat setiap kali trip, atau
sebuah Rumah Sakit memiliki kapasitas rawat inap sebanyak 50 kamar, dan
sebagainya.
Kapasitas
produksi tersebut ditentukan berdasarkan kapasitas sumber daya yang dimiliki
antara lain : kapasitasi mesin, kapasitas tenaga kerja, kapasitas bahan baku,
kapasitas modal. Kapasitas produksi juga berkaitan erat dengan skedul atau
jadwal produksi yang tertuang dalam jadwal produksi induk (master production
shedule), karena jadwal produksi induk mencerminkan apa dan berapa yang harus
diproduksi dalam jangka waktu tertentu.
5. Produksi Dengan Banyak Pabrik
Produksi dengan banyak pabrik merupakan salah satu strategi
dari Perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan namun terkadang produksi dengan
banyak pabrik juga dapat mengalami kerugian jika tidak sesuai dengan permintaan
dan penawaran. Produksi dengan banyak pabrik menguntungkan jika produk yang
dihasilkan memiliki permintaan yang banyak atau tinggi di masyarakat sehingga
suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak efektif jika diproduksi oleh
satu pabrik saja maka dari itu diperlukan banyak pabrik untuk memproduksi
produk tersebut, biasanya yang memproduksi dengan banyak pabrik adalah
industri-industri besar. Terdapat kelemahan dan kelebihan jika melakukan
produksi dengan banyak pabrik.
Kelebihan dari produksi dengan banyak pabrik yaitu:
1. Dapat menampung jumlah karyawan lebih banyak
2. Pendapatan laba atau keuntungan yang lebih banyak
3. Produksi yang dihasilkan lebih banyak
4. Gaji yang diberikan cukup besar
5. Mesinnya lebih modern dan canggih
6. Membantu perekonomian karyawan
7. Tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja yang
handal dan terdidik
8. Pengerjaan produksi lebih cepat selesai
9. Tempatnya lebih luas
10. Hasil
produksi yang berkualitas tinggi
11. Memiliki
peraturan hukum yang sangat tegas
12. Mengurangi
pengangguran masyarakat
13. Meningkatkan
perekonomian Negara
14. Membantu
meningkatkan kemakmuran Negara
15. Memiliki
Kesatuan manajemen yang baik
Selain memiliki kelebihan-kelebihan ada juga kelemahan dari
produksi dengan banyak pabrik yaitu:
1. Biaya atau modal yang dikeluarkan sangat besar
2. Sulitnya bahan baku karena sebagian besar bahan baku yang
digunakan merupakan bahan baku yang tidak bias diperbaharui
3. Menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan
4. Resiko yang akan terjadi lebih besar
5. Tidak mudah dalam mengatur karyawannya karena jumlahnya yang
sangat banyak
6. Menjadi sasaran terror
7. Merusak lahan hijau untuk dijadikan industry
8. Kesatuan organisasi yang tidak teratur
9. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas
10. Kelangsungan
usaha kurang terjamin
11. Rahasia
perusahaan kurang terjamin karena adanya banyak pimpinan yang mengetahuinya
12. Tidak
adanya kepuasan pribadi
13. Seluruh
laba atau keuntungan tidak sepenuhnya menjadi miliknya
14. Kena
Pajaknya lumayan besar
15. Pendiriannya
lebih sulit
6. Skala Ekonomis dan Tidak Ekonomis
Dalam periode produksi jangka panjang ada kecenderungan
bahwa pada tingkat permulaan dengan semakin diperluasnya skala usaha akan
meningkatkan efisiensi usaha, tetapi mulai titik tertentu perluasan usaha yang
lebih lanjut akan berakibat semakin menurunnya efisiensi usaha secara
keseluruhan. Skala usaha di mana tingkat efisiensi perusahaan mencapai nilai
tertinggi disebut dengan skala usaha yang optimal (optimum scale of
plant).Skala usaha yang optimal secara grafis terlihat pada saat kurva biaya
total per satu unit output jangka panjang (LRAC) mencapai nilai minimum. Jumlah
output di mana LRAC mencapai nilai minimum disebut tingkat output optimal
(optimum rate of output).
1. Skala Ekonomis
Skala
kegiatan produksi jangka panjang dikatakan bersifat mencapai skala ekonomis
apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi
semakin rendah. Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah
kapasitas produksi, dan pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan produksi
bertambah efisien. Pada kurva LRAC keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kurva
yang semakin menurun apabila produksi bertambah.
Beberapa
faktor penting yang menimbulkan skala ekonomi adalah :
a. Spesialisasi Faktor – Faktor Produksi
b. Pengurangan Harga Bahan Mentah dan Kebutuhan Produksi Lain
c. Memungkinkan Produk Sampingan (by – Products) Diproduksi
d. Mendorong Perkembangan Usaha Lain
e. Penggunaan intensif personil dengan keahlian tinggi yang
lebih banyak dan penggunaan modal yang lebih banyak (misalnya dengan jadwal
shift)
2. Skala Tidak Ekonomis
Skala tidak ekonomis terjadi ketika ukuran perusahaan
berlebihan. Perusahaan memang bisa meningkatkan ukurannya untuk
memperoleh keuntungan dari skala ekonomis, tetapi keuntungan menghilang ketika
perusahaan mencapai ukuran tertentu. Skala tidak ekonomi termasuk jangka
panjang dan secara jelas harus dibedakan dari pendapatan yang semakin berkurang
yang timbul dalam jangka pendek. Seringkali diperdebatkan bahwa skala
tidak ekonomi adalah jarang - sesungguhnya jika – diamati dalam industri karena
perusahaan akan kembali memotong ukuran mereka.
Beberapa
kemungkinan penyebab skala tidak ekonomis adalah :
a. Kesukaran pengendalian dan pengawasan
b. Pembuatan keputusan yang lamban sehubungan dengan kelebihan
ukuran administrasi
c. Kekurangan motivasi karyawan.
Perubahan
dalam permintaan memiliki dampak yang berbeda jika terjadi pada jangka waktu
yang berbeda pula. Pada jangka pendek, peningkatan permintaan meningkatkan
harga dan membawa keuntungan, sementara turunnya permintaan akan menurunkan harga
dan membawa kerugian. Tetapi, jika perusahaan dapat masuk atau keluar pasar
dengan mudah, maka dalam jangka panjang jumlah perusahaan akan selalu berubah
hingga tercapai keseimbangan utama ada keuntungan di pasar tersebut.
7. Maksimalisasi Laba dan Penawaran
Keuntungan (laba) merupakan tujuan utama suatu pengusaha
dalam menjalankan usahanya. Proses produksi dilaksanakan seefisien mungkin
dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Bisnis adalah organisasi yang
menghasilkan barang dan jasa, atau biasa disebut juga perusahaan. Bisnis atau
perusahaan melakukan kegiatan operasional bertujuan untuk memaksimalkan profit
dan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Setiap perusahaan
berusaha untuk meraih keuntungan atau memperoleh profit semaksimal mungkin. Hal
ini dikarenakan profit yang diperoleh digunakan sebagai modal dalam operasional
perusahaan selanjutnya. Profit berkaitan dengan empat faktor yaitu demand
(kebutuhan), potensial profit, market (pasar), dan revenue (pendapatan). Keempat
faktor ini menunjang terjadinya opportunities (kesempatan).
Pada
dasarnya, semua jenis perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu
memaksimalisasi profit. Maksimalisasi profit bukanlah satu-satunya tujuan dalam
perusahaan. Ada beberapa jenis perusahaan yang lebih mengambil profit dengan
menekan penjualannya (hasil produksinya), ada pula yang memasukan unsur politik
di dalam penentuan tingkat produksi yang akan dicapai. Jadi, setiap perusahaan
memiliki kriteria tersendiri dalam memaksimumkan profit yang akan diperolehnya.
Tetapi tidak disangkal lagi setiap perusahaan memilki target dalam pencapaian
keuntungan, dan tidak munafik bagi perusahaan bahkan berupaya memiliki target
menaikan laba setinggi-tingginya
Efisiensi di bidang keuangan memberikan pengaruh pada
operasi perusahaan, sehingga akan meningkatkan efisiensi operasional dan
efisiensi investasi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan profit
perusahaan. Dengan menghasilkan profit, perusahaan dapat mempertahankan
pertumbuhan perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain karena
profit tersebut dapat ditanam kembali dan digunakan untuk mempertahankan atau
meningkatkan pertumbuhannya.
Tujuan Perusahaan dalam Memaksimalkan Keuntungan (Laba)
Dalam
teori ekonomi, pemisalan terpenting dalam menganalisis kegiatan perusahan
adalah “mereka akan melakukan kegiatan memproduksi sampai kepada tingkat dimana
keuntungan mereka mencapai jumlah yang maksimum”.Berdasarkan kepada
pemisalan ini dapat ditunjukkan pada tingkat kapasitas memproduksi yang bagaimana
perusahaan akan menjalankan kegiatan usahanya. Laba yang dihasilkan
tidak terlepas dari beberapa factor antara lain jumlah hasil produksinya,
modal, dan total upah tenaga kerja.
BAB III.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Biaya
Produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan pengusaha atau produsen untuk
membeli faktor-faktor produksi dengan tujuan menghasilkan output atau produk.
Faktor-faktor produksi itu sendiri adalah barang ekonomis (barang yang harus
dibeli karena mempunyai harga) dan termasuk barang langka (scarce),sehingga
untuk mendapatkannya membutuhkan pengorbanan berupa pembelian dengan uang.
Jenis-Jenis Biaya produksi : Biaya tetap (Fixed Cost) , Biaya
Variabel (Variable Cost) , Biaya Semi Variable. Kapasitas adalah suatu
tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu, dan
merupakan kuantitas tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu. Skala
ekonomis merupakan fenomena turunnya biaya produksi per unit dari suatu perusahaan yang terjadi bersamaan
dengan meningkatnya jumlah produksi (output). Sedangkan Skala tidak ekonomis terjadi
ketika ukuran perusahaan berlebihan. Maksimalisasi Laba(Keuntungan) dan
Penawaran. Untuk
meneruskan analisis sampai pada keuntungan maksimal kurva-kurva biaya ini
menjelaskan hampir semua jenis perusahaan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar