Selasa, 16 Juni 2015

MAKALAH BIODEVERSITAS DALAM AGROEKOSISTEM



MAKALAH 
BIODEVERSITAS DALAM AGROEKOSISTEM
   

 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

            Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.
            Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi komple
ks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
           

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep keanekaragaman hayati?
2. Bagaimana tingkat – tingkat keanekaragaman hayati?
3. Bagaimana ruang lingkup biodeversitas dalam Agroekologi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi.
2. Untuk mengetahui tingkat-tingkat keanekaragaman hayati.
3. Mengetahui ruang lingkup biodeversitas dalam agroekologi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keanekaragaman (Biodeversitas)

            Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.
            Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.

2.2 Tingkat Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu keanekaragaman gen dan keanekaragaman jenis atau spesies serta keanekaragaman ekosistem.
A. Keanekaragaman Gen
Adalah perbedaan atau variasi gen yang terdapat dalam suatu spesies makhluk hidup. Contoh, buah durian yang memiliki kulit tebal, kulit tipis, dagingnya tebal, berdanging buah tipis, biji besar atau biji kecil. Demikian pula dengan buah pisang yang mempunyai ukuran, warna, bentuk dan tekstur serta rasa daging buah yang tidak sama dengan yang pisang lainnya. Pisang mempunya beberapa variasi yaitu pisang raja uli, pisang raja molo, pisang raja jambe, pisang raja sereh. 

keanekaragaman sifat genetik pada suatu makhluk hidup dikendalikan oleh gen-gen yang ada didalam kromosom yang dimilikinya. Kromosom tersebut didapatkan dari kedua induknya melalui pewarisan sifat. Namun, gen juga dapat dipengaruhi dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya. Contohnya bibit yang diambil dari batang induk mangga yang memiliki sifat genetik berbuah dengan besar,dan bila ditanam pada area yang berbeda maka ada kemungkinan tidak menghasilkan buah mangga berukuran besar seperti sifat genetik induknya.

Keanekaragaman gen juga dapat ditingkatkan melalui hibridisasi atau perkawinan silang antara spesies satu dengan spesies yang berbeda sifat atau melalui proses domestikasi (budidaya tumbuhan liar atau hewan). Contohnya adalah proses hibrid dari tanaman anggrek akan mendapatkan warna yang beragam, hibridisasi sapi fries Holland dengan sapi bali, dan hibridisasi berbagai jenis tanaman atau hewan tertentu dengan spesies liar untuk mendapatkan jenis yang tahan terhadap penyakit. Dengan cara hibridisasi ini maka kita dapat memperoleh sifat genetik yang baru dari suatu organisme-organisme pada suatu spesies.

B. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah adanya perbedaan yang bisa ditemukan pada kelompok atau komunitas pada berbagai spesies yang hidup di suatu habitat makhluk. Contoh, di halaman kita terdapat pohon mangga, jeruk, rambutan, kelapa, bunga melati, bunga mawar, jahe, kunyit, burung, lebah, semut, kupu-kupu, dan cacing. Keanekaragaman jenis yang lebih tinggi umumnya dapat ditemukan di suatu tempat yang jauh dari kehidupan manusia, semisal di hutan. Di hutan terdapat jenis hewan dan tumbuhan yang lebih banyak dibandingkan dengan di kebun atau di sawah.

Adapun beberapa jenis organisme yang memiliki ciri-ciri fisik yang hampir sama seperti tumbuhan kelompok palem yaitu pinang, aren, sawit dan kelapa yang memiliki daun seperti pita. Namun, tumbuh-tumbuhan tersebut merupakan spesies yang berbeda, kelapa memiliki nama spesies Cocos Nucifera, pinang bernama Areca catechu.

C. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem bisa terbentuk disebabkan adanya berbagai kelompok spesies yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, setelah itu saling mempengaruhi antar spesies dengan spesies dan spesies dengan lingkungan abiotik tempat hidup, semisal suhu, air, udara, tanah, cahaya matahari, kelembapan dan mineral. Ekosistem berbeda dengan lainnya sesuai dengan spesies pembentuknya. Terdapat beberapa ekosistem yaitu ekosistem hutan, ekosistem rawa, ekosistem terumbu karang, ekosistem laut dalam, ekosistem padang lamu, ekosistem mangrove, ekosistem dana, eosistem pantai pasir dll. Kemudian adapun ekosistem buatan manusia yaitu agro ekosistem seperti sawah, kebun, dan ladang. Hanya saja agroekosistem memiliki tingkat keanekaragaman spesies yang lebih rendah dibandingkan dengan ekosistem alamiah, tetapi mempunyai tingkat keanekaragaman genetik yang lebih tinggi.

            Komponen-komponen pembentuk ekosistem

1)      Abiotik
                Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang  merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau  lingkungan  tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi organisme, yaitu:
1.   Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
2.   Air. Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
3.   Garam. Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
4.   Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Digurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
5.   Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di tanah.
6.   Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklimglobalregional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.

2)      Biotik
            Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa).



2.3 Keanekaragaman hayati pertanian

Keanekaragaman hayati pertanian adalah subbidang keanekaragaman hayati yang mencakup semua bentuk kehidupan yang secara langsung terkait dengan aktivitas pertanian; berbagai varietas benih dan ras hewan, juga fauna tanah, gulma, hama, dan organisme asli daerah yang tumbuh di atas lahan pertanian. Namun bidang ini menaruh lebih banyak perhatian terhadap varietas tanaman yang dibudidayakan dan varietas tanaman asli yang ada di alam liar. Kultivar dapat diklasifikasikan menjadi varietas modern dan varietas petaniatau varietas tradisional Varietas modern merupakan hasil dari pembiakan selektif formal dan dicirikan dengan hasil yang tinggi. Contohnya adalah varietas gandum dan beras yang sempat memicu Revolusi Hijau. Varietas petani atau varietas tradisional merupakan seleksi yang dilakukan oleh petani tradisional berdasarkan pengalaman mereka di lahan. Setiap kawasan pertanian tradisional dapat memiliki varietas tradisional yang berbeda-beda. Semua varietas ini bersama-sama membentuk keanekaragaman hayati yang menjadi fokus utama aktivitas konservasi genetika.
 Yang dikembangkan dan dilindungi bersama-sama oleh petani, peternak, penjaga hutan, nelayan, dan masyarakat pribumi. Keanekaragaman hayati pertanian dapat berkontribusi dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan, terutama di masa terjadinya perubahan iklim yang dapat memicu stres bagi kultivar yang banyak dipakai saat ini. Karena kekayaan genetika pertanian dapat menjadikan usaha pertanian lebih resilien terhadap perubahan

2.4 Ruang Lingkup Keanekaragaman hayati Agroekosistem

Keanekaragaman hayati pertanian merupakan hasil dari seleksi yang hati-hati yang dilakukan oleh petani, peternak, dan nelayan selama ribuan tahun. Keanekaragaman hayati pertanian merupakan subbagian yang vital dari keanekaragaman hayati yang memberi makan dan kehidupan manusia sehingga menjaga dan mengelola keanekaragaman sumber daya hayati yang digunakan dalam aktivitas pertanian sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Keanekaragaman hayati pertanian dapat mencakup:
·         Tumbuhan domestikasi dan tumbuhan liar yang berhubungan dengan tanaman pertanian, termasuk tumbuhan menahun berkayu (sumber daya genetika hutan) dan tumbuhan air (yang dimanfaatkan oleh manusia)
·         Hewan domestikasi dan liar yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk hewan, ikan dan hewan air, organisme yang hidup di ladang, hutan, padang rumput, dan ekosistem air.
·         Spesies yang dipelihara secara tidak sengaja, yang tidak dipanen dan hidup dalam ekosistem pertanian yang mendukung pertumbuhan tanaman dan hewan yang dipelihara, seperti mikroorganisme tanah, polinator, dan sebagainya
·         Spesies yang dipelihara secara tidak sengaja, yang tidak dipanen dan hidup dalam cakupan yang lebih luas yang terkait dengan rantai produksi pangan.
Keanekaragaman spesies serangga yang tidak menjadi polinator namun hidup dalam ruang lingkup ekosistem pertanian dapat menjadi indikator kesehatan ekosistem.
FAO juga memasukan cakupan keanekaragaman hayati pertanian sebagai "varietas dan variabilitas tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang mendukung fungsi, struktur, dan proses ekosistem pertanian demi mendukung produksi dan ketahanan pangan". Termasuk juga genetika, populasi, spesies, komunitas, ekosistem, dan komponen lanskap serta interaksinya dengan manusia.
Keanekaragaman perairan juga penting bagi keanekaragaman hayati pertanian. Konservasi dan keberlanjutan penggunaan ekosistem perairan lokal seperti kolam, sungai, dan pantai oleh nelayan dan petani tradisional juga mampu mendukung produksi pangan di tingkat lokal dan membantu mempertahankan varietas tradisional. Praktek pertanian petani dan nelayan tradisional memiliki kekayaan genetika yang tidak dimiliki industri pertanian sehingga penting untuk menjaga dan melestarikannya.

2.4 Erosi Genetik pada Keanekaragaman Hayati Agroekosistem

Erosi genetik pada keanekaragaman hayati pertanian adalah hilangnya keanekaragaman genetika, termasuk gen individu dan hilangnya kombinasi gen tertentu seperti ras atau kultivar tradisional yang sudah beradaptasi dengan kondisi lokal. Istilah erosi genetik dapat digunakan pada ruang lingkup yang sempit seperti hilangnya alel atau gen tertentu, dan dalam ruang lingkup yang lebih luas seperti hilangnya subspesies dan spesies. Penggerak utama terjadinya erosi genetik adalah: penetapan varietas, penebangan habis,eksploitasi berlebih, tekanan populasi, degradasi lingkungan, penggembalaan berlebih, dan perubahan kebijakan pertanian
Faktor utama adalah penetapan varietas yang mengganti varietas lokal yang sudah beradaptasi dengan varietas baru (varietas komersial atau varietas industri) yang lebih menghasilkan. Seperti penggantian tanaman varietas lokal dengan tanaman transgenik dan pertanian monokultur. Beberapa peneliti percaya bahwa masalah utama yang terkait dengan pengelolaan ekosistem pertanian adalah kecenderungan menuju keseragaman genetika dan ekologi akibat perkembangan dunia pertanian modern. Tekanan dari keseragaman ekologi tersebut terhadap petani dan peternak diakibatkan oleh tingginya permintaan dari industri pangan yang menginginkan konsistensi bahan dari produk mereka.

2.5 Manfaat Biodiversitas dalam Agroekosistem

            Adapun manfaat dari Biodeversitas dalam Agroekosistem adalah sebagai berikut :
§  Keragaman mikrohabitat
§  Keberlanjutan Produktivitas tanaman, mis. Rizhobium, mikoriza
§  Mengurangi gulma
§  Mempertahankan predator/herbivore
§  Meningkatkan efisiensi serapan hara
§  Mengurangi resiko gagal panen
§  Mengrangi resiko kepunahan flora+fauna
§  Mempertahankan biodiversitas dalam tanah dan layanan lingkungannya






BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

            Alam Indonesia sangat kaya akan keberagaman flora dan fauna, keberagaman tersebut dikenal dengan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukakan keseluruhan variasi gen, spesies, dan ekosisitem di suatu daerah. Penyebebab keanekaragaman hayati ada 2 faktor, yaitu faktor genetik dan faktor luar.
            Keanekragaman hayati mencakup tiga tingkatan pengertian yang berbeda, yaitu keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem. Hubungan saling mempengaruhi yang terjadi antar makhluk hidup dengan lingkungan untuk membentuk  suatu sistem yang disebut ekosistem. Ekosistem terbentuk dari komponen hidup (biotik), dan komponen tidak hidup (abiotik). Kedua komponen ini sangat mempengaruhi distribusi persebaran organisme pada tempat yang berbeda-beda.







DAFTAR PUSTAKA

Altieri and Nichols (2004). Biodiversity and Pest Management in Agroecosystems. Food ProductPress. 236 p
FAO, (1996). Global Plan of Action for the Conservation and Sustainable Utilization of Plant Genetic Resources for Food and Agriculture. Food and Agriculture Organization of the United Nations, http://www.fao.org/ag/AGP/AGPS/GpaEN/gpatoc.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Keanekaragaman_hayati
Jackson, L., Bawa, K., Pascual, U., and Perrings, C. (2005).agroBIODIVERSITY: A new science agenda for biodiversity in support of sustainable agroecosystems. DIVERSITAS Report N°4. 40 pp.
Miguel A. Altieri (1999). The ecological role of biodiversity in agroecosystems. Agriculture,Ecosystems and Environment 74 (1999) 19–31.Biodiversity and Pest Management in
Trijoko, 2006. Biologi. Jakarta:Erlangga.

1 komentar: